Wednesday, February 22, 2012

Based of Vocal (Dasar Vokal)

By : Dilla Fadlilla

To sing a song well we must practice according to this technical vocal :

1. Respiratory
2. Form a voice
3. Resonance (Echoing the voice)
4. Vocal and Consonants
5. Intonation (Sing with the right tone)
6. Articulation (Correct pronunciation and clear)
7. Frasering (Sing with the whole sentence)
8. Interpretation and Expression (Understanding and animates song)

The Definition of Singing (Definisi Bernyayi)

By : Dilla Fadlilla

Oxford University think that singing to  make musical sounds with a voice in a form of song, tune, etc.

And Oxford University  think that music making by the human voice. Either solo or with others

 I think that singing is speaking trough song lyrics that have the melody, rhythm, and birama. And on song lyrics there moral messages can be understand the audience.

Tuesday, February 21, 2012

Senja Itu Bersama Pak Uban

Karya : Azti Arlina

Pak Uban. Begitulah aku menyapanya. Sosok bapak tua yang bersahaja dan berwibawa. Rambut putihnya tidak memutihkan semangatnya. Semangatnya mampu mengalahkan usia senjanya. Siapa yang tidak mengenal sosoknya, karena wajah ramahnya selalu membuat para mahasiswa bertanya bila tak melihatnya sehari di kampus. 

Pak Uban, Bercerita tentang dirinya, berarti telah bercerita tentang sebuah episode kehidupan yang tak akan pudar. Beliau memang tidak mengajari sebuah ilmu yang luar biasa. Akan tetapi beliau mengajarkan, bagaimana memanfaatkan ilmu yang biasa, menjadi sangat luar biasa.

Berapa Harga Nyawa Kita?

Dikutip dari : http://motivationalstory.blogspot.com
Dengan sedikit perubahan


Bila uang yang menjadi tolak ukur utama kehidupan Anda, berapakah nilai nyawa Anda? 100 Juta, 1 Milyar, 1 Triliyun? Yah, banyak hal yang tidak dapat anda ukur dengan mata uang.

Stuck in the Moment

Di kutip dari : http://motivationalstory.blogspot.com/



Ada seorang penebang pohon yang sangat cekatan dan gigih. Pada hari pertama ia mampu menebang 30 pohon, hari berikutnya 25 pohon, hari berikutnya cuma 20 pohon, hari berikutnya lagi cuma 10 pohon. Terus demikian makin menurun performanya. Dia berpikir, kenapa? Setelah ia coba review, ternyata ia sibuk menebang sampai lupa sesuatu hal yang penting. Apakah itu? Mengasah kampaknya.

Keong Emas

Di Kerajaan Daha, hiduplah dua orang putri yang sangat cantik jelita. Putri nan cantik jelita tersebut bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja tersebut hidup sangat bahagia dan serba kecukupan.
 
Hingga suatu hari datanglah seorang pangeran yang sangat tampan dari Kerajaan Kahuripan ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Maksud kedatangannya ke Kerajaan Daha adalah untuk melamar Candra Kirana. Kedatangan Raden Inu Kertapati sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta, dan akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati.

Monday, February 20, 2012

Sangkuriang (Jawa Barat)

Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.

Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.

Sesampainya di rumah

Timun Emas


Di suatu desa hiduplah seorang janda tua yang bernama mbok Sarni. Tiap hari dia menghabiskan waktunya sendirian, karena mbok Sarni tidak memiliki seorang anak. Sebenarnya dia ingin sekali mempunyai anak, agar bisa membantunya bekerja.
Pada suatu sore pergilah mbok Sarni ke hutan untuk mencari kayu, dan ditengah jalan mbok Sarni bertemu dengan raksasa yang sangat besar sekali. 
Hei, mau kemana kamu?”, tanya si Raksasa.
"Aku hanya mau mengumpulkan kayu bakar, jadi ijinkanlah aku lewat”, jawab mbok Sarni. 
“Hahahaha.... kamu boleh lewat setelah kamu memberiku seorang anak manusia untuk aku santap”, kata si Raksasa. Lalu mbok Sarni menjawab, “Tetapi aku tidak mempunyai anak”.
Setelah mbok Sarni mengatakan bahwa dia tidak punya anak dan ingin sekali punya anak, maka si Raksasa memberinya biji mentimun. Raksasa itu berkata, “Wahai wanita tua, ini aku berikan kamu biji mentimun. Tanamlah biji ini di halaman rumahmu, dan setelah dua minggu kamu akan mendapatkan seorang anak. Tetapi ingat, serahkan anak itu padaku setelah usianya enam tahun”.
Setelah dua minggu, mentimun itu nampak berbuah sangat lebat dan ada salah satu mentimun yang cukup besar. Mbok Sarni kemudian mengambilnya , dan setelah dibelah ternyata isinya adalah seorang bayi yang sangat cantik jelita. Bayi itu kemudian diberi nama timun emas.
Semakin hari timun emas semakin tumbuh besar, dan mbok Sarni sangat gembira sekali karena rumahnya tidak sepi lagi. Semua pekerjaannya bisa selesai dengan cepat karena bantuan timun emas.
Akhirnya pada suatu hari datanglah si Raksasa untuk menagih janji. Mbok Sarni sangat ketakutan, dan tidak mau kehilangan timun emas. Kemudian mbok Sarni berkata, “Wahai raksasa, datanglah kesini dua tahun lagi. Semakin dewasa anak ini, maka semakin enak untuk di santap”. Si Raksasa pun setuju dan meninggalkan rumah mbok Sarni.
Waktu dua tahun bukanlah waktu yang lama, karena itu tiap hari mbok Sarni mencari akal bagaimana caranya supaya anaknya tidak dibawa si Raksasa. Hati mbok Sarni sangat cemas sekali, dan akhirnya pada suatu malam mbok Sarni bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia diberitahu agar timun emas menemui petapa di Gunung.
Pagi harinya mbok Sarni menyuruh timun emas untuk segera menemui petapa itu. Setelah bertemu dengan petapa, timun emas kemudian bercerita tentang maksud kedatangannya. Sang petapa kemudian memberinya empat buah bungkusan kecil yang isinya biji mentimun, jarum, garam, dan terasi.
 “Lemparkan satu per satu bungkusan ini, kalau kamu dikejar oleh raksasa itu”, perintah petapa. Kemudian timun meas pulang ke rumah, dan langsung menyimpan bungkusan dari sang petapa.
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. “Wahai wanita tua, mana anak itu? Aku sudah tidak tahan untuk menyantapnya”, teriak si Raksasa.

Kemudian mbok Sarni menjawab, “Janganlah kau ambil anakku ini wahai raksasa, karena aku sangat sayang padanya. Lebih baik aku saja yang kamu santap”.

Raksasa tidak mau menerima tawaran dari mbok Sarni itu, dan akhirnya marah besar. “Mana anak itu? Mana timun emas?”, teriak si raksasa.

Karena tidak tega melihat mbok Sarni menangis terus, maka timun emas keluar dari tempat sembunyinya. “Aku di sini raksasa, tangkaplah aku jika kau bisa!!!”, teriak timun emas.

Raksasapun mengejarnya, dan timun emas mulai melemparkan kantong yang berisi mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun menjadi terhambat, karena batang timun tersebut terus melilit tubuhnya. Tetapi akhirnya si raksasa berhasil bebas juga, dan mulai mngejar timun emas lagi. Lalu timun emas menaburkan kantong kedua yang berisi jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah karena tertancap bambu tersebut si raksasa terus mengejar. 

Kemudian timun emas membuka bingkisan ketiga yang berisi garam. Seketika itu hutanpun menjadi lautan luas. Tetapi lautan itu dengan mudah dilalui si raksasa. Yang terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika itu terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, dan si raksasa tercebur di dalamnya. Akhirnya raksasapun mati.
Timun Emas mengucap syukur kepada Tuhan YME, karena sudah diselamatkan dari raksasa yang kejam. Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sarni hidup bahagia dan damai.

Cindelaras (Jawa Tengah)

Raden Putra adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada permaisuri.

"Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri," pikirnya
 

Legenda Candi Prambanan (Yogyakarta)


Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso.

Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. “Siapapun yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!” ujar Bandung Bondowoso pada rakyatnya.

Sunday, February 19, 2012

Telaga Warna (Jawa Barat)


Kalau kita pergi ke daerah Puncak, Jawa Barat, di sana terdapat sebuah telaga yang bila dilihat pada hari cerah akan terkesan airnya berwarna-warni. Telaga itu namanya Telaga Warna dan konon merupakan air mata tangisan seorang ratu.

Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh seorang raja. Prabu, begitulah orang memanggilnya. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu.

Batu Menangis (Kalimantan Barat)


Bagaikan bulan yang elok, tubuh laksana pualam, rumput terurai seperti mayang. Itulah umpama yang pantas untuk gadis cantik yang tinggal bersama ibunya yang sederhana di sebuah desa terpencil itu. Semua orang akan mengakuinya saat memandang gadis itu. Tak henti-hentinya ia merias dirinya. Cermin di dinding rumahnya tak jemu meski gadis nan elok itu terus memandanginya. Namun mereka terbius kecantikan itulah si gadis ini jadi angkuh dan malas. Ia tak sadar bahwa keelokan yang dikaruniakan Tuhan itu adalah berkah yang harus disyukuri dengan kerendahan hati.

Situ Bagendit (Jawa Barat)


Pada zaman dahulu kala disebelah utara kota garut ada sebuah desa yang penduduknya kebanyakan adalah petani. Karena tanah di desa itu sangat subur dan tidak pernah kekurangan air, maka sawah-sawah mereka selalu menghasilkan padi yang berlimpah ruah. Namun meski begitu, para penduduk di desa itu tetap miskin kekurangan.

Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan, namun para penduduk sudah bergegas menuju sawah mereka. Hari ini adalah hari panen. Mereka akan menuai padi yang sudah menguning dan menjualnya kepada seorang tengkulak bernama Nyai Endit.
Nyai Endit adalah orang terkaya di desa itu. Rumahnya mewah, lumbung padinya sangat luas karena harus cukup menampung padi yang dibelinya dari seluruh petani di desa itu. Ya! Seluruh petani. Dan bukan dengan sukarela para petani itu menjual hasil panennya kepada Nyai Endit.Mereka terpaksa menjual semua hasil panennya dengan harga murah kalau tidak ingin cari perkara dengan centeng-centeng suruhan nyai Endit. Lalu jika pasokan padi mereka habis, mereka harus membeli dari nyai Endit dengan harga yang melambung tinggi.

Asal Usul Selat Bali (Bali)


Pada jaman dulu di kerajaan Daha hiduplah seorang Brahmana yang benama Sidi Mantra yang sangat terkenal kesaktiannya. Sanghyang Widya atau Batara Guru menghadiahinya harta benda dan seorang istri yang cantik. Sesudah bertahun-tahun kawin, mereka mendapat seorang anak yang mereka namai Manik Angkeran.

Meskipun Manik Angkeran seorang pemuda yang gagah dan pandai namun dia mempunyai sifat yang kurang baik, yaitu suka berjudi. Dia sering kalah sehingga dia terpaksa mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya, malahan berhutang pada orang lain. Karena tidak dapat membayar hutang, Manik Angkeran meminta bantuan ayahnya untuk berbuat sesuatu. Sidi Mantra berpuasa dan berdoa untuk memohon pertolongan dewa-dewa. Tiba-tiba dia mendengar suara, “Hai, Sidi Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga yang bernarna Naga Besukih. Pergilah ke sana dan mintalah supaya dia mau memberi sedikit hartanya.”

Saturday, February 11, 2012

Dua Balerina


Terdengar alunan musik klasik Eropa
Disebuah panggung megah penuh gemerlap cahaya
Ku lihat dua balerina menari bersama
Bagaikan dua angsa yang sedang bercengkrama

Gesekan dawai biola nan indah itu
Ayunkan langkah kaki kecilmu
Lincah nan lembut gerak tubuhmu
Penonton berdecak kagum melihatmu

Berputar putar gemulai
Berlari lari melompat
Melayang kau seakan terbang
Sambil memainkan tongkat berpitamu

Dua balerina
Kau bertabur pujian
Engkau balerina pujaan
Walau musik tlah usai
Daku percaya hati kecilmu kan slalu menari


Maaf puisinya hancur total :)

Friday, February 10, 2012

Anehnya Indonesiaku Chapter 2 (The End)


Ayo baca cerpennya ya! Tolong tinggalkan sebuah komentar untuk cerpen ini :D TERIMA KASIH :) 

FLASHBACK

Hingga tengah hari, Genta belum mendapatkan pekerjaan. Akhirnya, dia memutuskan untuk mencari makan terlebih dahulu. Genta kembali mengayuh hingga dia sampai di warteg dekat pasar kembang. Tak sengaja, dia melihat seorang anak yang ada didalam keramaian pasar yang berniat untuk mencopet dompet salah seorang wanita tua. Genta mengejar anak itu hingga disebuah tempat asing yang sangat kumuh.

***

Sunday, February 5, 2012

Anehnya Indonesiaku Chapter 1


Pagi itu, Genta menggeliat di tempat tidurnya sebentar, dan memebuka matanya. Terlihat jarum jam menunujukkan angka 5 tepat. Bergegaslah dia mengambil sepeda bututnya untuk membeli sarapan.

“Mau kemana, cah bagus?” ujar Pak Hasan yang tak lain Ayah dari Genta. Genta adalah anak dari Pak Hasan dan Bu Ayu. Ibu Genta sudah meninggal sejak dua tahun lalu akibat tubuh beliau digeroti oleh kanker yang ganas.