Pada suatu malam Budi, seorang eksekutif sukses,
seperti biasanya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang
dibawanya pulang ke rumah, karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat
penting dengan para pemegang saham. Ketika ia sedang asyik menyeleksi dokumen kantor
tersebut, Putrinya Aya datang mendekatinya, berdiri tepat disampingnya, sambil
memegang buku cerita baru. Buku itu bergambar seorang peri kecil yang imut, sangat
menarik perhatian Aya.
"Pa liat...!" Aya berusaha menarik perhatian ayahnya. Budi menengok ke arahnya, sambil menurunkan kaca matanya, kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa-basi
"Pa liat...!" Aya berusaha menarik perhatian ayahnya. Budi menengok ke arahnya, sambil menurunkan kaca matanya, kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa-basi
"Wah, Buku baru ya Ay?",
" Iya papa" Aya berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari
ayahnya.
"Bacain Aya dong pa...!" pinta Aya lembut, "Wah papa
sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh" sanggah Budi dengan cepat.
Lalu ia segera mengalihkan perhatian nya pada kertas-kertas yang berserakkan didepannya, dengan serius.
Aya bengong sejenak, namun ia belum menyerah. Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu "Pa, mama bilang Papa mau baca untuk Aya".
Lalu ia segera mengalihkan perhatian nya pada kertas-kertas yang berserakkan didepannya, dengan serius.
Aya bengong sejenak, namun ia belum menyerah. Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu "Pa, mama bilang Papa mau baca untuk Aya".
Budi mulai agak kesal, “Ay! Papa sibuk, sekarang Aya suruh Mama baca ya! "
" Pa, Mama sibuk, terus , coba deh papa liat gambarnya lucu-lucu"
"Lain kali Aya, sana ! Papa lagi banyak kerjaan", Budi
berusaha memusatkan perhatiannya pada lembar-lembar kertas tadi, menit demi
menit berlalu, Aya menarik nafas panjang dan tetap disitu, berdiri ditempatnya
penuh harap, dan tiba-tiba ia mulai lagi.
" Pa, gambarnya bagus, Papa pasti suka"
" Aya, PAPA BILANG, LAIN KALI !! " kata Budi membentaknya dengan keras.
Kali ini Budi berhasil, semangat Aya kecil terkulai, hampir menangis, matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya.
"Iya pa, lain kali ya pa?",
Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tangan ayahnya ia menaruh buku cerita di pangkuan sang Ayah.
" Pa kalau papa ada waktu, Papa baca keras-keras ya pa, supaya Aya bisa denger".
Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa dua pekan telah berlalu namun permintaan Aya kecil tidak pernah terpenuhi, Buku cerita Peri imut, belum pernah dibacakan untuk dirinya.
Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras "BUKK!!"
Beberapa tetangga melaporkan dengan histeris bahwa Aya kecil terlindas kendaraan seorang pemuda mabok yang melajukan kendaraannya dengan kencang didepan rumah Budi. Tubuh Aya mungil terhentak beberapa meter, dalam keadaan yang begitu panik ambulance didatangkan secepatnya.
Selama perjalanan menuju rumah
sakit Aya kecil sempat berkata dengan begitu lirih "Aya takut Pa, Aya
takut Ma, Aya sayang papa mama " darah segar terus keluar dari
mulutnya hingga ia tidak tertolong lagi ketika sesampainya di rumah sakit terdekat.
Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani Budi, Tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan. Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana pun tidak terpenuhi. Masih segar terbayang dalam ingatan budi tangan mungil anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita, kini sentuhan itu terasa sangat berarti sekali.
Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani Budi, Tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan. Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana pun tidak terpenuhi. Masih segar terbayang dalam ingatan budi tangan mungil anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita, kini sentuhan itu terasa sangat berarti sekali.
"...papa baca keras-keras ya pa, supaya Aya bisa denger",
kata-kata Aya terngiang-ngiang kembali.
Sore itu setelah segalanya telah berlalu, yang tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati, canda dan riang Aya kecil tidak akan terdengar lagi, Budi mulai membuka buku cerita peri imut yang diambilnya perlahan dari onggokan mainan Aya di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar- lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Aya kecil. Budi menguatkan hati, dengan mata yang berkaca-kaca ia membuka halaman pertama dan membacanya dengan sura keras, tampak sekali ia berusaha membacanya dengan keras, Ia terus membacanya dengan keras-keras halaman demi halaman, dengan berlinang air mata.
"Aya, dengar papa baca ya" , selang beberapa kata, hatinya memohon lagi
"Aya, papa mohon ampun nak"
" Papa sayang Aya"
Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya, tak kuasa menahan itu Budi bersujud dan menangis, memohon satu kesempatan lagi untuk mencintai.
**********************
Seseorang yang mengasihi selalu mengalikan kesenangan dan membagi kesedihan kita, Ia selalu memberi PERHATIAN kepada kita. Karena ia Peduli kepada kita,
ADAKAH "PERHATIAN TERBAIK" ITU BEGITU MAHAL BAGI MEREKA?
BERILAH "PERHATIAN TERBAIK" WALAUPUN ITU HANYA SEKALI
Bukankah Kesempatan untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang kita
cintai itu sangat berharga?
DO IT NOW !!
Berilah "PERHATIAN TERBAIK" untuk mereka yang kita cintai !
LAKUKAN SEKARANG! KARENA HANYA ADA SATU KESEMPATAN UNTUK MEMPERHATIKAN DENGAN HATI KITA.
No comments:
Post a Comment