Candi Ratu Boko merupakan peninggalan agama Hindu dan Budha. Sebelum tempat ini bernama “CANDI RATU BOKO” tempat ini bernama “CANDI DAWUNG”. Namun, nama pertama dari tempat ini adalah bernama “ABAYA GIRIWAHARA” yang artinya kediaman para biksu yang berada di atas gunung yang penuh dengan kedamaian dan dibuktikan oleh penemuan Prasati yang bernama Waunatengah dan Mantiasih pada tahun 792 M.
Pemimpin pertama di tempat ini adalah Rakai Panangkaran yaitu Raja dari Mataram Hindu dan juga sekaligus keturunan dari Dinasti Syailendra. Rakai Penangkara memerintah pada tahun 746 M sampai 784 M.
Pada tahun 856 M Rajanya diganti dengan Rakai Walaing Ukum Mbayoni yang memimpin pada tahun 856 M sampai 863 M.
Pada tahun 856 M tidak ada pemerintahan karena di daerah Boko terjadi bencana alam, yaitu meletusnya gunung berapi. Dahulu, masyarakat sekitar mempercayai jika ada bencana alam, dan tanah tempat mereka menyembah musnah, maka para dewa akan pergi.
Setelah masa pemerintahan Rakai Panangkaran, pada tahun berikutnya digantikan oleh Dinasti Isana (Raja Empu Sendok) yang memimpin selama 100 tahun.
Pada tahun 1790, bangunan Candi ditemukan oleh Van Boecholz dan diberinya nama “RATU BOKO”. Yang mempunyai arti “RATU” adalah penguasa dan “BOKO” adalah burung bangau.
Pada tahun 1937, candi ini dipugar. Dan yang merenofasi adalah Belanda yang hanya mengumpulkan batu-batu. Selanjutnya, pada tahun 1952 diambil oleh NKRI dan mendirikan gapura.
No comments:
Post a Comment