Author : Kholifian Dzaki R_www.facebook.com/editprofile.php#!/hfz.findmayoga19?sk=wall
Entah sudah berapa kali Shiro melempar gumpalan kertas ke tempat sampahnya.
“Argh, kenapa begitu sulit membuat puisi ?!!” Shiro uring-uringan.
“Kau tidak akan pernah berhasil kalau caramu seperti itu..” kata Kuro yang sedang tiduran.
Kuro Naichi, adalah kakak dari Shiro Naichi, umur mereka hanya selisih satu tahun. Meski nama ‘Kuro’ artinya ‘hitam’, Kuro sangat pandai di bidang sastra (apa hubungannya ?). Berbeda dengan Shiro yang masih awut-awutan. Well, sebenarnya mereka meneruskan bakat keluarga, karena ayah dan ibu mereka dulunya adalah novelis terkenal.
“Lalu bagaimanaa..??”
“Kalo mau buat puisi, tulis saja apa yang ada dalam pikiranmu..”
“Tapi, aku nggak mikirin apa-apa sekarang..”
“Ya tunggu saja sampai ada inspirasi yang datang..” Shiro turun dari tempat tidur dan pergi ke dapur.
“Kenapa kakak begitu pintar di bidang sastra ?” pikir Shiro heran.
Beberapa minggu lalu, Shiro mendapat tugas membuat puisi dari gurunya. Entah bagaimana, tapi Shiro bisa membuat puisi yang sangat bagus dan mendapat pujian. Sejak saat itu, Shiro tertarik dengan dunia sastra dan mulai belajar.
“Aku tidak bisa membuat puisi yang bagus lagi..” Keluh Shiro sambil meletakkan pensilnya.
“Heii.. Jangan begitu.. Bagus atau tidaknya sebuah karya sastra itu relatif..” kata Kuro yang sudah kembali dari dapur.
“Relatif ?”
“Ya itu tadi, tidak semua orang menilai sastra itu bagus, pasti ada yang menganggapnya itu jelek dan sebagainya. Jadi jangan pikirkan apakah itu bagus atau tidak, tulis saja apa yang kamu ingin tulis..”
Shiro berpikir sebentar, mencerna nasihat kakaknya.
“Tapi.. Aku pikir semua orang menilai cerpen dan puisi kakak bagus..”
“Tidak semua kok..”
“Ada yang bilang itu jelek ? Siapa ?”
“Well, aku tidak tahu. Tapi pasti ada..”
Perlahan, semangat Shiro kembali lagi. Shiro mulai menulis, kali ini tanpa keraguan..
Menatapku..
Mata yang dingin, tapi indah bagai kristal salju.
Menarik dan mengubah semua imajinasiku..
Pantaskah ?
Aku manusia biasa yang sendiri,
Berharap kepakan sayap dari seorang bidadari..
Tidak, aku tidak pernah mampu..
Biarkan semua mimpi ini,
Menguap bersama kehampaan abadi..
“Bagaimana ?” Shiro memberikan puisinya ke Kuro. Kuro membacanya sebentar..
“Kau sedang jatuh cinta ?” tanya Kuro, straight to the point.
“Eh ? Emm, tidak juga sih..” muka Shiro langsung merah.
Kuro tersenyum, lalu mengembalikan kertas bertuliskan puisi itu ke Shiro.
“Nice..” kata Kuro, lalu pergi lagi. Kali ini sepertinya keluar rumah.
Esoknya, Shiro pergi ke sekolah. Seperti biasa, dia bertemu Yui di jalan dan berangkat bersama.
Yui Aragaki, murid kelas 3 SMP yang sekolah di tempat yang sama dengan Shiro. Karena rumah mereka searah, jadi Yui sering ketemu Shiro di jalan. Seiring waktu berlalu (ceilah) mereka terbiasa berangkat bersama.
Hari itu Yui terlihat agak murung, tidak seperti biasanya.
“Kenapa kau ?” tanya Shiro.
“Eh, tidak apa-apa kok..” Yui berusaha tersenyum.
“Jangan bohong didepanku. Aku sudah hack pikiranmu, jadi aku tahu kamu sedang sedih..”
“Haha, dasar.. Kenapa kau tahu setiap aku sedang bohong ?”
“Apa aku harus bilang lagi ?”
“Oke oke, hack my mind or whatever.. Tapi aku tahu itu cuma firasatmu, iya kan ?”
“Bisa dibilang begitu.. Tapi firasatku ini 99% benar untuk menebak moodmu..”
“Ah, lupakan.. Aku tidak sedih lagi sekarang..”
Shiro tidak menjawab. Mereka melanjutkan perjalanan ke sekolah. Masih cukup pagi, jadi tidak perlu terburu-buru.
* To be continued. Chapter 2, coming soon.. ^_^ *
No comments:
Post a Comment