1. Keyboard
Saturday, January 21, 2012
Electrophones Music Instrument (Alat Musik Elektrophone)
1. Keyboard
Friday, January 20, 2012
Aerophone Music Instrument (Alat Musik Aerophone)
1. Saxophone
2. Clarinet
Thursday, January 19, 2012
Chordophone Music Instrument (Alat Musik Chordophone)
Chordophones music instrument is which produce sound by vibrating strings. For the example are :
Idiophone Music Instrument (Alat Musik Idiophone)
Idiophone Music Instrument is which produce sound by vibrating themselves. For the example are :
1. Angklung (Music Instrument from Indonesian)
1. Angklung (Music Instrument from Indonesian)
Friday, January 13, 2012
Cagar Budaya di Atas Bukit 12
- Gua Wadon
Disebut gua wadon karena terdapat relief yang seperti alat kelamin perempuan atau symbol Yoni.
- Gua Lanang
Thursday, January 12, 2012
Cagar Budaya di Atas Bukit 11
Sumur Amerta Mentana
Sumur bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diberikan mantra. Letaknya di sebelah tenggara candi Pembakaran. Kini, airnya pun masih sering dipakai. Masyarakat setempat mengatakan, air sumur itu dapat membawa keberuntungan bagi pemakainya.
Sementara orang Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya, yaitu untuk memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada awalnya.
Terdapat mitos jika ada orang yang menggunakan (membasuh atau meminum) air sumur ini, maka akan awet muda, semua permintaan kita akan terkabul, jika sakit air sumur ini dapat menyembuhkannya.
Cagar Budaya di Atas Bukit 10
Keputren
Keputren terdiri dari 2 batur andesit menghadap ke barat. Batur selatan berukuran panjang 21,43 m, lebar 22,70 m dan tinggi 1,75 m. batur utara berukuran 16,40 m panjang dan lebar 14,90 yang terbuat dari batu andesit. Berfungsi untuk berkumpulnya para putri.
Monday, January 9, 2012
Ugly PART 2
Flashback~~~~~~
Author POV
Akan diadakan lomba foto model untuk pencarian bakat tahun ini dan untuk didebutkan. Ada 3 kategori.
Kategori A untuk lomba foto model “Cool Costum”. Kategori B untuk “Simple Costum” dan C untuk “Cute Costum”.
“Yeonna!” panggil CL sambil menepuk bahu Yeonna
“Ne”
“Kau mau ikut yang kategori apa? ^ ^”
“Entah. Aku gak yakin. Kau tau sendiri, kita kan gak oplas. Mana mungkin jadi The Winner?!”
“Hmm, bener juga yah”
*hening
“Aku punya rencana!” ucap CL yang membuat Yeonna kaget
Author POV
“Rencana apa?”
“Sudah ikuti saja aku”
Ya, Yeonna hanya akan mengikuti CL. Min Ji dan Han Min juga diberitaunya. Kalau dipikir lagi nih, rencana CL sangat ekstrim. Dan jika salah langkah, mereka akan dikeluarkan dari sekolah.
Sepulang sekolah, seperti biasa Yeonna dan Han Min berjalan bersama menuju dorm (mereka satu kamar). And.................
“Seohee sshi!”
“Ne, Han Min?”
“Kau mau ikut kategori apa dalam lomba nanti? ^ ^”
“Memang kenapa, Han? Apa pun itu pasti aku juaranya :p Memang kau ikut kategori apa? Siap siap aja kalah!”
“Aku ikut Kategori C. Baiklah, kita bertarung secara sehat”
“Yeonna, kau juga mau ikut?” tanya Seohee sedikit meledek
“Kalau iya, apa itu salah?!” jawab Yeonna sinis
“Aku yakin, kalian berdua bukanlah The Winner sesion ini! Kalian seharusnya malu! Ikut lomba ini tapi tampang natural banget! Paling enggak oplas hidung kalian atau lipatan mata kalian! Sudah ih, aku MUAK bicara dengan kalian! Orang LUGU yang gak tau malu!”
“Han Min-ah, ayo kita pergi dari sini! Bisa-bisa aku jadi stress ngadepin ni anak!”
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Di kamar Min Ji dan CL.............
‘Tok, Tok’
Min Ji dan CL hanya bertatap muka. Dan tidak memperdulika itu. Namun....
‘Tok, Tok, Tok’
“CL, Min Ji cepat buka pintunya! Aku Yeonna!”
CL langsung berlari diikuti Min Ji dibelakangnya.
‘Klek’
“Annyeong ^^” sapa CL
“Mana soulmatemu si Han Min?” tanya Min Ji celingukan
“Ayo masuk” ajak CL
Mereka bertiga berjalan menuju sofa.
“Kau tidak mengajak Han Min?” tanya Min Ji lagi dengan pertanyaan yang sama
“Han tadi baru mandi dan menyiapkan makan malam. Sekarang jadwal piketnya di kamar. Kau mau makan malam bersama di kamarku? Sambil mikirin gimana biar rencana kita berhasil ;)”
CL dan Min Ji saling bertatapan. “Ne (^^)b” jawab mereka bersamaan.
10 menit kemudian...
‘Klek’
Yeonna membuka pintu kamarnya.
“Ah, annyeong ^^. Ayo masuk :D” ujar Han Min dengan ramah
“Masak apa malam ini, Han?” tanya CL
“Nasi goreng kimchi, dan mie ramen. Mian, sangat sederhana. Yeonna gak mau belanja sih -__-“
“Anniya ^^” ujar CL
“Setelah makan, kita bahas rencana kita” lanjut Min Ji
Setelah 30 menit, mereka selesai makan malam. Rencananya, Min Ji dan CL akan bermalam di kamar Han Min dan Yeonna (padahal jarak antara kamar mereka hanya 20 meter -____-).
“Oke, semua beres dan kita siap untuk membahas rencana kita” cetus Yeonna
“Sip. Barang yang kita pertama adalah minyak tanah, korek api. Lalu balon berisi cat, linggis, pilox. Udah ada semua belum, Min Ji?” ujar CL untuk memastikan.
“Yang kurang sih balon isi cat aja kok. Yang lain udah beres (>v<)”
“Oke!. Han Min, bagaimana dengan make-up kita besok?”
“Siap bos CL ;)”
“Yeonna, kau sudah pastikan tempat pemotretan kita nanti?”
“Sudah dong. Untuk CL, di depan Roly Shop. Min Ji sih masih di tempat yang sama, Cuma sudutnya aja yang beda. Buat Han Min, di jembatan taman kota. Dan aku ada di tempat parkir belakang sekolah” jawab Yeonna sambil mengacungkan jempol (^ ^)b
“Kostum siapkan sendiri sendiri. Pokoknya, URI JEIL JAL NAGA (^o^)”
“URI JEIL JAL NAGA, yeah! Kekekeke~~~” canda mereka J
Part 3 coming soon ^ ^
Sunday, January 8, 2012
Cagar Budaya di Atas Bukit 9
- Kolam
Kompleks kolam terbagi menjadi dua bagian, yaitu kolam utara dan kolam selatan. Kedua bagian kolam dipisahkan oleh dinding pagar dan dihubungkan dengan gapura.
Kolam utara berbentuk persegi panjang, berjumlah 7 buah, 5 buah kolam berukuran besar dan dalam, sedangkan 2 buah berukuran kecil dan dangkal.
Kolam selatan terdapat 28 buah, 14 buah berukuran besar berbentuk bundar, 13 buah berukuran kecil berbentuk bundar serta 1 buah berukuran kecil berbentuk segi empat.
Saturday, January 7, 2012
Ugly PART 1
Author POV
Pagi nan cerah, sang surya telah menampakkan cahyanya. Hiruk pikuk di dorm siswa Chungun High School pun dimulai.
Han Min POV
CL......!!!!!!!!!!
Min JI......!!!!!!!!!
Yeonna.......!!!!!!!
Ayo cepat bangun!!
*sambil mukul panci
Ini sudah pagi! Apa kalian mau dihukum lagi seperti kemarin?! (dengan nada cemas dan ekspresi muram)
Author POV
Karena kegiduhan si Han Min, semua siswa yang ada di dorm itu melirik Han Min dengan wajah merah padam. Han Min hanya diam, dan berlari bersembunyi dibalik Min Ji.
Min Ji POV
Sudah! Bubar semua! Ini kan kebiasaan Han Min, Bubar!!
(para siswa tetap menatap Han Min)
Kalian bubar, atau ku cincang dengan samurai semua, ha?!
(pada bubar)
Nah, gitu kan bagus
Author POV
Semuanya bubar (kecuali CL, Min Ji, Yeonna, Han Min, dan Seohee). Yah, si Seohee ketua dorm yang sok kecantikan berkacak pinggangg, dan sudah siap untuk mengomel.
“Heh, kalian berempat! Bisa gak sih, gak buat keributan terus?! Aku ini ketua dorm kalian! Apa tiap pagi aku harus ngomel dan pasang muka merah padam seperti ini terus, hah?!”
“Itu hak kami dong, boneka! Bukan urusanmu! Angkuh!” bentak Yeonna sambil mengikat rambutnya yang indah.
“Sudahlah. Baik, maafkan aku Seohee sshi” ucap Han Min
Seohee berpaling sambil menyeringai licik. Dan.......
“Han Min, kenapa kau tadi harus minta maaf sih?!” tanya CL dengan nada kesal
“Sudahlah. Orang seperti Seohee, kalau dikasarin bisanya malah nglonjak terus -_____- “
Setelah obrolan panjang itu, mereka segera bergegas mandi dan menuju Aula sekolah.
Setelah di Aula.....
Seohee POV
Pengumuman buat semua siswa Chungun High School, kata Kepala Sekolah, akan diadakan lomba foto model nih buat didebutin. Ada beberapa kategori nih! Info lebih lanjut, liat tuh di papan pengumuman! ;)
Author POV
Akan diadakan lomba foto model untuk pencarian bakat tahun ini dan untuk didebutkan. Ada 3 kategori.
Kategori A untuk lomba foto model “Cool Costum”. Kategori B untuk “Simple Costum” dan C untuk “Cute Costum”.
“Yeonna!” panggil CL sambil menepuk bahu Yeonna
“Ne”
“Kau mau ikut yang kategori apa? ^ ^”
“Entah. Aku gak yakin. Kau tau sendiri, kita kan gak oplas. Mana mungkin jadi The Winner?!”
“Hmm, bener juga yah”
*hening*
“Aku punya rencana!” ucap CL yang membuat Yeonna kaget
“part 2 coming soon ^^”
Ugly (Pengenalan Tokoh) :)
Pengenalan Tokoh :
1. Lee Chae Rin atau sering dipanggil CL ini, mempunyai sifat yang tomboi dan penuh semangat
2. Song Min Ji atau Min ji ini, karakternya tidak jauh dari CL. Hanya saja anak ini mempunyai jiwa pemberontak (?)
3. Yeonna Choi atau Yeonna. Sekilas, dirinya terlihat manis. Tapi sebenarnya, jiwa pemberontak tetap ada jiwanya.
4. Han Min Eun atau Han Min. Tingkahnya manis, centil (tapi gak kecentilan loh ya)
5. Seohee Hwang alias Seohee. Dia adalah musuh ari CL, Min Ji, Dira, dan Han Min. Seohee adala gadis cantik. Eitss, tapi wajah cantiknya ini dikarenakan oplas. Karena kecantikannya ini, ia menjadi angkuh, dan sangat genit (!)
Pengantar : Chungun High School adalah sekolah Entertaiment yang terkenal di Kore Selatan.dan, hanya siswa yang benar benar bertalenta dan mempunyai wajah yang menjual. Namun, sayangnya sekolah disini mempunyai pola pikir yang salah. Jika ada yang berwajah cantik, berpenampilan keren namun dia tidak oplas, tetap saja siswa itu dinyatakan “LUGU”
SELAMAT MEMBACA ^ ^
Thursday, January 5, 2012
Cagar Budaya di Atas Bukit 8
Candi Miniatur
Candi miniatur berfugsi sebagai tempat pemujaan. Bangunan yang di tengah, yang berukuran lebih besar dibandingkan dengan kedua candi pengapitnya, adalah tempat untuk memuja Dewa Wisnu. Kedua candi yang mengapitnya, masing-masing, merupakan tempat memuja Syiwa dan Brahma.
Cagar Budaya di Atas Bukit 7
Pendopo memiliki panjang 40,80 m, lebar 33,90 m, dan tingginya 3,45 m. Dasar dan atap terbuat dari batu andesit. Tapi, tubuhnya terbuat dari batu Kapur Putih yang lembut.
Di dalam pagar ada 2 batur, batur utara dan batur selatan. Batur utara memiliki panjang 20,57 m, lebar 20,49 m dan tinggi 1,43 m. Batur selatan yang juga disebut sebagai pringgitan, mempunyai panjang 20,50 m, lebar 7,04m dan tinggi 1,51 m. Dua batur itu terhubung dengan koridor yang terbuat dari bartu andesit.
Bagian Depan Pendopo
Bagian Dalam Luar Pendopo
Cagar Budaya di Atas Bukit 6
Candi Batu Putih
45 meter dari Gapura, terdapat sebuah candi yang terbuat dari batu putih, yang bernama Candi Batu Putih. Candi ini berfungsi untuk mengadakan ritual tertentu.
Wednesday, January 4, 2012
Cagar Budaya di Atas Bukit 5
- Paseban
Paseban ini terdiri dari 2 batur. Paseban sebelah timur memiliki panjang 24,6 m, lebar 13,3 m dan tinggi 1,16 m. Sedang paseban sebelah barat memiliki panjang 24,42 m, lebar 13,34 m dan tinggi 0,8 m.
Kedua paseban ini dulu saling berhadapan, namun sampai sekarang fungsi ini belum diketahui secara pasti. Dinamakan paseban karena disesuaikan menurut kata yang umum di gunakan oleh keraton jaman sekarang yang memiliki fungsi sebagai ruang tunggu tamu yang hendak menemui raja.
Cagar Budaya di Atas Bukit 4
Candi Pembakaran berjarak 37 m dari gapura utama. Candi Pembakaran terbuat dari batu Andesit panjang 22, 60 m, lebar 22, 3 m dan tinggi 8, 2 m.Candi Pembakaran berfungsi untuk membakar mayat. Disana terdapat sumur yang berukuran 2, 30 m x 1, 80 m, kedalaman air dimusim kemarau sekitar 2 m.
Dimasa lalu, air dari sumur ini digunakan pada upacara adat di Candi Pembakaran. Airnya dipercaya dapat memberikan keberuntungan keberuntungan untuk siapapun yang memakainya. Orang Hindu menggunakannya pada saat upacara adat Tawur Agung, sehari sebelum hari Nyepi untuk menjaga kebudayaan ini.
Once Again After Crying - 5 (The End) :)
Author : Kholifian Dzaki R_www.facebook.com/hfz.findmayoga19
Hari sabtu, Shiro pergi ke rumah sakit tempat Fumiko dirawat, setelah menanyakan alamatnya kepada wali kelas 3E. Sampai disana, dia bertemu dengan ibu Fumiko, dan Fumiko sendiri yang terbaring tak sadarkan diri.
“Oh, Shiro-kun kan ? Lama sekali kita tidak bertemu..” kata ibu Fumiko.
Shiro semakin menyesal karena telah melupakan semua kenangan dengan Fumiko. Bahkan, ibu Fumiko masih mengingatnya sampai sekarang.
“Iya, bu. Maaf, saya tidak pernah mengunjungi Fumiko.” Kata Shiro.
“Tidak apa-apa kok.” Ibu Fumiko tersenyum, senyum tulus.
Shiro mengambil kursi, dan duduk disamping ibu Fumiko.
“Fumiko masih belum sadar, bu ?” tanya Shiro.
“Dokter bilang, kecil kemungkinan Fumiko bisa sadarkan diri. Well, ibu menunggunya disini sesering mungkin, berharap keajaiban yang mungkin datang..”
Hening. Shiro diam. Ibu Fumiko juga diam. Suara Elektrokardiograf di pojok ruangan, yang menjadi bukti satu-satunya kalau Fumiko masih hidup, seolah menjadi music background mereka.
“Shiro-kun, ibu mau keluar sebentar. Bisa kau jaga Fumiko untuk sementara ?”
“Oh, iya bu.”
Ibu Fumiko keluar dari ruangan. Shiro duduk disamping ranjang Fumiko, menatap gadis itu dalam-dalam. Sekali lagi, hatinya menangis, mengingat seluruh kelalaian yang sudah dilakukannya.
“Fumiko-chan, today is your birthday. Maaf, maaf aku melupakanmu, maaf aku tidak datang ketika ulang tahunmu. Jujur, aku menyesal, sangat menyesal. Maukah kau memaafkanku ?”
Fumiko diam, tentu saja.
“Bangunlah, Fumiko-chan. Please, wake up now...” kata Shiro. Perlahan, air matanya menetes.
“The world is beautiful, even when they’re filled with sadness and tears..” terdengar suara Fumiko. Cukup pelan, tapi masih didengar oleh Shiro.
Tubuh Fumiko yang ada di perpustakaan sekolah, berlahan menghilang seolah dihapus oleh angin yang menerpanya. Sebelum menghilang sepenuhnya, Terlihat kalau Fumiko menangis sambil tersenyum, senyum kebahagiaan.
Tiiiiiiiiiiitt....
Elektrokardiograf itu memunculkan garis lurus, kehilangan detak dari jantung Fumiko.
Ibu Fumiko baru saja masuk, juga sempat mendengar suara Fumiko yang menggema tadi. Ia langsung menangis sejadi-jadinya.
“Fumiko-chan.. Kenapa.. Kenapaaaa ??!!!!” Shiro juga menangis, tangis kehilangan seorang sahabat yang baru 3 hari ditemuinya, dan sekarang sudah pergi untuk selamanya.
“Tak apa, Shiro-kun. Melihatmu yang mengunjungi Fumiko hari ini ketika ulang tahunnya, ibu yakin Fumiko meninggal tanpa penyesalan.”
Shiro melihat ke langit melalui jendela. Disana, seolah tergambar wajah Fumiko yang sedang tersenyum, senyum terakhir yang cuma bisa dilihat oleh Shiro.
Esok harinya, hari minggu, Fumiko dimakamkan. Seluruh penghuni sekolah datang ke pemakaman Fumiko. Tidak hanya Shiro, mereka semua juga kehilangan, kehilangan seorang anak paling jenius yang pernah mereka kenal.
Suasana duka menyelimuti hari itu, ditambah gerimis yang mengguyur sejak pagi. Seolah, langit ikut menangisi kepergian seorang Fumiko Ishida.
Semua orang sudah pulang, tinggal Shiro yang masih disitu, berjongkok disamping makam Fumiko. Tanpa payung, basah kuyup. Yui yang melihat Shiro, mendekati dan memegang payungnya diatas kepala Shiro.
“Yui?”
“Kau tidak boleh sakit. Jangan buat Fumiko-chan menyesal telah pergi meninggalkan kita..” kata Yui.
Shiro menatap Yui. Lalu ditatapnya makam Fumiko..
“world is beautiful, even when they’re filled with sadness and tears..Right, Fumiko ?” kata Shiro mengulangi kalimat terakhir Fumiko.
Shiro berdiri, memegang tangan Yui dan menggandengnya.
“Ayo, pulang..” kata Shiro sambil tersenyum, dibalas dengan senyuman juga oleh Yui.
Hidup ini tidak pernah berhenti.
Akan selalu ada senyuman, meski kadang didahului oleh kesedihan..
Once Again After Crying..
Season 1, end.
Hari sabtu, Shiro pergi ke rumah sakit tempat Fumiko dirawat, setelah menanyakan alamatnya kepada wali kelas 3E. Sampai disana, dia bertemu dengan ibu Fumiko, dan Fumiko sendiri yang terbaring tak sadarkan diri.
“Oh, Shiro-kun kan ? Lama sekali kita tidak bertemu..” kata ibu Fumiko.
Shiro semakin menyesal karena telah melupakan semua kenangan dengan Fumiko. Bahkan, ibu Fumiko masih mengingatnya sampai sekarang.
“Iya, bu. Maaf, saya tidak pernah mengunjungi Fumiko.” Kata Shiro.
“Tidak apa-apa kok.” Ibu Fumiko tersenyum, senyum tulus.
Shiro mengambil kursi, dan duduk disamping ibu Fumiko.
“Fumiko masih belum sadar, bu ?” tanya Shiro.
“Dokter bilang, kecil kemungkinan Fumiko bisa sadarkan diri. Well, ibu menunggunya disini sesering mungkin, berharap keajaiban yang mungkin datang..”
Hening. Shiro diam. Ibu Fumiko juga diam. Suara Elektrokardiograf di pojok ruangan, yang menjadi bukti satu-satunya kalau Fumiko masih hidup, seolah menjadi music background mereka.
“Shiro-kun, ibu mau keluar sebentar. Bisa kau jaga Fumiko untuk sementara ?”
“Oh, iya bu.”
Ibu Fumiko keluar dari ruangan. Shiro duduk disamping ranjang Fumiko, menatap gadis itu dalam-dalam. Sekali lagi, hatinya menangis, mengingat seluruh kelalaian yang sudah dilakukannya.
“Fumiko-chan, today is your birthday. Maaf, maaf aku melupakanmu, maaf aku tidak datang ketika ulang tahunmu. Jujur, aku menyesal, sangat menyesal. Maukah kau memaafkanku ?”
Fumiko diam, tentu saja.
“Bangunlah, Fumiko-chan. Please, wake up now...” kata Shiro. Perlahan, air matanya menetes.
“The world is beautiful, even when they’re filled with sadness and tears..” terdengar suara Fumiko. Cukup pelan, tapi masih didengar oleh Shiro.
Tubuh Fumiko yang ada di perpustakaan sekolah, berlahan menghilang seolah dihapus oleh angin yang menerpanya. Sebelum menghilang sepenuhnya, Terlihat kalau Fumiko menangis sambil tersenyum, senyum kebahagiaan.
Tiiiiiiiiiiitt....
Elektrokardiograf itu memunculkan garis lurus, kehilangan detak dari jantung Fumiko.
Ibu Fumiko baru saja masuk, juga sempat mendengar suara Fumiko yang menggema tadi. Ia langsung menangis sejadi-jadinya.
“Fumiko-chan.. Kenapa.. Kenapaaaa ??!!!!” Shiro juga menangis, tangis kehilangan seorang sahabat yang baru 3 hari ditemuinya, dan sekarang sudah pergi untuk selamanya.
“Tak apa, Shiro-kun. Melihatmu yang mengunjungi Fumiko hari ini ketika ulang tahunnya, ibu yakin Fumiko meninggal tanpa penyesalan.”
Shiro melihat ke langit melalui jendela. Disana, seolah tergambar wajah Fumiko yang sedang tersenyum, senyum terakhir yang cuma bisa dilihat oleh Shiro.
Esok harinya, hari minggu, Fumiko dimakamkan. Seluruh penghuni sekolah datang ke pemakaman Fumiko. Tidak hanya Shiro, mereka semua juga kehilangan, kehilangan seorang anak paling jenius yang pernah mereka kenal.
Suasana duka menyelimuti hari itu, ditambah gerimis yang mengguyur sejak pagi. Seolah, langit ikut menangisi kepergian seorang Fumiko Ishida.
Semua orang sudah pulang, tinggal Shiro yang masih disitu, berjongkok disamping makam Fumiko. Tanpa payung, basah kuyup. Yui yang melihat Shiro, mendekati dan memegang payungnya diatas kepala Shiro.
“Yui?”
“Kau tidak boleh sakit. Jangan buat Fumiko-chan menyesal telah pergi meninggalkan kita..” kata Yui.
Shiro menatap Yui. Lalu ditatapnya makam Fumiko..
“world is beautiful, even when they’re filled with sadness and tears..Right, Fumiko ?” kata Shiro mengulangi kalimat terakhir Fumiko.
Shiro berdiri, memegang tangan Yui dan menggandengnya.
“Ayo, pulang..” kata Shiro sambil tersenyum, dibalas dengan senyuman juga oleh Yui.
Hidup ini tidak pernah berhenti.
Akan selalu ada senyuman, meski kadang didahului oleh kesedihan..
Once Again After Crying..
Season 1, end.
Once Again After Crying - 4 :)
Author : Kholifian Dzaki R_www.facebook.com/editprofile.php#!/hfz.findmayoga19
Pulang sekolah, Shiro menemui Yui yang kebetulan juga penghuni kelas 3E. Menanyakan tentang Fumiko yang ditemuinya di perpustakaan tadi.
“Yui-chan ..” panggil Shiro dari luar kelas.
Yui menghampiri Shiro.
“Ada apa ?”
“Kau tahu anak yang bernama Fumiko Ishida ?”
“Iyalah, dia anak paling jenius di sekolah ini. Rumornya, kepintaran anak itu sudah mencapai taraf kelas 3 SMA. Entah..”
“Tadi pagi aku ketemu anak itu di perpustakaan..”
Yui menatap Shiro heran.
“Apaan ?” Shiro bingung.
“Kau.. Bertemu.. Fumiko-chan di.. Perpustakaan ?”
“Iya..”
“Pagi tadii ?”
“Iya.. Kenapa ?”
“Aneh..” kata Yui pelan.
“Aneh apanya ?”
“Fumiko-chan sudah seminggu ini tidak masuk, dia koma di rumah sakit..” kata Yui dengan tampang suram.
Deg ! Shiro kaget. Lalu siapa yang ditemuinya di perpustakaan ?
Sampai di rumah pun, pikiran itu masih berkecamuk di pikiran Shiro. Siapa sebenarnya gadis itu ? Apa aku mengenalnya ? Kenapa dia koma di rumah sakit ? Berbagai pertanyaan berputar tanpa henti di kepala Shiro, membuatnya tidak tenang.
“Hei, kak. Kau tahu anak yang bernama Fumiko Ishida ?” tanya Shiro.
“Fumiko Ishida.. Kau lupa ? Dia kan temanmu ketika kecil dulu..”
Deg ! Mendadak Shiro ingat semuanya..
Flashback.. (Shiro Naichi P.O.V.)
Aku sedang bermain dan mengejar kupu-kupu. Tanpa aku sadari, aku tersesat, lagi. Tapi kali ini aku tersesat di halaman rumah orang lain. Rumah yang cukup besar. Siapa pemiliknya ?
“Who are you ?” Seorang anak kecil perempuan berdiri disamping pintu, bertanya padaku.
Aku yang saat itu belum bisa bahasa inggris, tidak tahu apa yang dia katakan.
“Um.. Aku tersesat ketika sedang bermain..” kataku.
“Oh, sepertinya kita kedatangan tamu..” Ibu gadis kecil itu keluar, mengagetkanku.
“Fumiko-chan, jangan gunakan bahasa inggris..” kata ibu itu lagi.
“Siapa kau ?” anak yang dipanggil Fumiko itu bertanya padaku, lagi.
“Oh, namaku Shiro Naichi. Aku tinggal tidak jauh dari sini.”
“Apa kau mau jadi temanku, Shiro-kun ?” tanya anak itu lagi sambil tersenyum, manis.
“Hmm !!” Aku mengangguk mantap.
Sejak saat itu, Fumiko adalah temanku bermain. Suatu hari, aku diberitahu kalau ulang tahun Fumiko tinggal 2 hari lagi.
“Kau akan datang ke ulang tahunku kan, Shiro-kun ?” tanya Fumiko.
“Pasti. Aku juga akan ajak teman-temanku.” Jawabku.
Tapi ternyata, teman-temanku tidak mau ikut datang ke ulang tahun Fumiko. Aku malu, aku tidak bisa menepati janjiku. Sejak saat itu, aku tidak pernah lagi pergi ke rumah Fumiko, bahkan ketika ulang tahunnya.
Flashback end (back to Writer P.O.V.)
Berlahan, air mata Shiro keluar. Dia tidak datang ke ulang tahun Fumiko, dan sekarang dia malah lupa. Sahabat macam apa itu ? Pertanyaan itu menusuk menembus hati Shiro, sakit.
“Hei, kenapa kau ini ?” Kuro bingung melihat Shiro menangis.
Shiro tidak menjawab, tapi langsung masuk ke kamar dan menyalakan laptop. Dia mencari info tentang Fumiko Ishida. Ternyata ulang tahunnya tanggal 19 September, 2 hari lagi. Shiro bertekad, ia akan datang di ulang tahun Fumiko, meski saat ini Fumiko sedang ada di rumah sakit.
Esok harinya, Shiro pergi ke perpustakaan ketika jam istirahat pertama. Benar, dia melihat Fumiko duduk di tempat yang sama seperti kemarin. Shiro mendekat, lalu duduk disampingnya.
“Fumiko-chan..”
“Oh, Shiro-kun. Ohayou ! Wanna some breakfast ?”
“Apa kau selalu katakan hal yang sama setiap hari ?” tanya Shiro heran.
“Well, aku tidak tahu..” Fumiko mengembalikan pandangan ke buku yang dipegangnya.
“Kenapa kau disini sekarang ?” tanya Shiro, straight to the point.
“Hmm ??” Fumiko bingung.
“Tubuhmu yang sebenarnya sedang koma di rumah sakit kan ?”
Fumiko diam, berlahan air mata menetes dari pipinya.
“Dulu, aku kehilangan seorang teman. Aku suka, sangat suka pada dia. Tapi suatu hari, dia menghilang. Aku pikir kalau aku jadi lebih pintar, mungkin suatu saat aku bisa menemukannya. Jadi aku belajar setiap hari, disini. Walau tubuhku koma di rumah sakit pun, jiwaku masih ingin belajar disini. Semua demi satu harapan..” Kata Fumiko.
“Ugh.. Maaf, Fumiko-chan.” Shiro terlihat sangat menyesal.
“It’s ok, Shiro-kun. Aku sudah menemukanmu sekarang.” Fumiko menyandarkan kepalanya di bahu Shiro.
“Boleh aku menebus kesalahanku dulu ?” kata Shiro.
“Um ?”
“Besok sabtu ulang tahunmu kan ? Aku akan mengunjungimu, kau yang ada di rumah sakit.”
Fumiko diam sejenak, kemudian tersenyum.
"Ya !" kata Fumiko bahagia.
“The world is beautiful, even when they’re filled with sadness and tears..” kata Fumiko pelan.
Pulang sekolah, Shiro menemui Yui yang kebetulan juga penghuni kelas 3E. Menanyakan tentang Fumiko yang ditemuinya di perpustakaan tadi.
“Yui-chan ..” panggil Shiro dari luar kelas.
Yui menghampiri Shiro.
“Ada apa ?”
“Kau tahu anak yang bernama Fumiko Ishida ?”
“Iyalah, dia anak paling jenius di sekolah ini. Rumornya, kepintaran anak itu sudah mencapai taraf kelas 3 SMA. Entah..”
“Tadi pagi aku ketemu anak itu di perpustakaan..”
Yui menatap Shiro heran.
“Apaan ?” Shiro bingung.
“Kau.. Bertemu.. Fumiko-chan di.. Perpustakaan ?”
“Iya..”
“Pagi tadii ?”
“Iya.. Kenapa ?”
“Aneh..” kata Yui pelan.
“Aneh apanya ?”
“Fumiko-chan sudah seminggu ini tidak masuk, dia koma di rumah sakit..” kata Yui dengan tampang suram.
Deg ! Shiro kaget. Lalu siapa yang ditemuinya di perpustakaan ?
Sampai di rumah pun, pikiran itu masih berkecamuk di pikiran Shiro. Siapa sebenarnya gadis itu ? Apa aku mengenalnya ? Kenapa dia koma di rumah sakit ? Berbagai pertanyaan berputar tanpa henti di kepala Shiro, membuatnya tidak tenang.
“Hei, kak. Kau tahu anak yang bernama Fumiko Ishida ?” tanya Shiro.
“Fumiko Ishida.. Kau lupa ? Dia kan temanmu ketika kecil dulu..”
Deg ! Mendadak Shiro ingat semuanya..
Flashback.. (Shiro Naichi P.O.V.)
Aku sedang bermain dan mengejar kupu-kupu. Tanpa aku sadari, aku tersesat, lagi. Tapi kali ini aku tersesat di halaman rumah orang lain. Rumah yang cukup besar. Siapa pemiliknya ?
“Who are you ?” Seorang anak kecil perempuan berdiri disamping pintu, bertanya padaku.
Aku yang saat itu belum bisa bahasa inggris, tidak tahu apa yang dia katakan.
“Um.. Aku tersesat ketika sedang bermain..” kataku.
“Oh, sepertinya kita kedatangan tamu..” Ibu gadis kecil itu keluar, mengagetkanku.
“Fumiko-chan, jangan gunakan bahasa inggris..” kata ibu itu lagi.
“Siapa kau ?” anak yang dipanggil Fumiko itu bertanya padaku, lagi.
“Oh, namaku Shiro Naichi. Aku tinggal tidak jauh dari sini.”
“Apa kau mau jadi temanku, Shiro-kun ?” tanya anak itu lagi sambil tersenyum, manis.
“Hmm !!” Aku mengangguk mantap.
Sejak saat itu, Fumiko adalah temanku bermain. Suatu hari, aku diberitahu kalau ulang tahun Fumiko tinggal 2 hari lagi.
“Kau akan datang ke ulang tahunku kan, Shiro-kun ?” tanya Fumiko.
“Pasti. Aku juga akan ajak teman-temanku.” Jawabku.
Tapi ternyata, teman-temanku tidak mau ikut datang ke ulang tahun Fumiko. Aku malu, aku tidak bisa menepati janjiku. Sejak saat itu, aku tidak pernah lagi pergi ke rumah Fumiko, bahkan ketika ulang tahunnya.
Flashback end (back to Writer P.O.V.)
Berlahan, air mata Shiro keluar. Dia tidak datang ke ulang tahun Fumiko, dan sekarang dia malah lupa. Sahabat macam apa itu ? Pertanyaan itu menusuk menembus hati Shiro, sakit.
“Hei, kenapa kau ini ?” Kuro bingung melihat Shiro menangis.
Shiro tidak menjawab, tapi langsung masuk ke kamar dan menyalakan laptop. Dia mencari info tentang Fumiko Ishida. Ternyata ulang tahunnya tanggal 19 September, 2 hari lagi. Shiro bertekad, ia akan datang di ulang tahun Fumiko, meski saat ini Fumiko sedang ada di rumah sakit.
Esok harinya, Shiro pergi ke perpustakaan ketika jam istirahat pertama. Benar, dia melihat Fumiko duduk di tempat yang sama seperti kemarin. Shiro mendekat, lalu duduk disampingnya.
“Fumiko-chan..”
“Oh, Shiro-kun. Ohayou ! Wanna some breakfast ?”
“Apa kau selalu katakan hal yang sama setiap hari ?” tanya Shiro heran.
“Well, aku tidak tahu..” Fumiko mengembalikan pandangan ke buku yang dipegangnya.
“Kenapa kau disini sekarang ?” tanya Shiro, straight to the point.
“Hmm ??” Fumiko bingung.
“Tubuhmu yang sebenarnya sedang koma di rumah sakit kan ?”
Fumiko diam, berlahan air mata menetes dari pipinya.
“Dulu, aku kehilangan seorang teman. Aku suka, sangat suka pada dia. Tapi suatu hari, dia menghilang. Aku pikir kalau aku jadi lebih pintar, mungkin suatu saat aku bisa menemukannya. Jadi aku belajar setiap hari, disini. Walau tubuhku koma di rumah sakit pun, jiwaku masih ingin belajar disini. Semua demi satu harapan..” Kata Fumiko.
“Ugh.. Maaf, Fumiko-chan.” Shiro terlihat sangat menyesal.
“It’s ok, Shiro-kun. Aku sudah menemukanmu sekarang.” Fumiko menyandarkan kepalanya di bahu Shiro.
“Boleh aku menebus kesalahanku dulu ?” kata Shiro.
“Um ?”
“Besok sabtu ulang tahunmu kan ? Aku akan mengunjungimu, kau yang ada di rumah sakit.”
Fumiko diam sejenak, kemudian tersenyum.
"Ya !" kata Fumiko bahagia.
“The world is beautiful, even when they’re filled with sadness and tears..” kata Fumiko pelan.
Once Again After Crying - 3:)
Author : Kholifian Dzaki R_www.facebook.com/editprofile.php#!/hfz.findmayoga19
“Ah.. Gomenne, senpai ! Gomenne, senpai !” Gadis itu meminta maaf berkali-kali kepada Shiro.
Shiro tidak menjawab, tapi malah mengumpulkan buku-buku yang jatuh tadi, dan memberikannya kepada gadis itu.
“Nih..” Shiro mengembalikan tumpukan buku itu.
“Um.. Arigato gozaimasu..” Gadis itu menghentikan kalimatnya.
“Shiro Naichi, 3B.”
“Arigato gozaimasu, Naichi-senpai !” kata gadis itu lagi, lalu berjalan menuju kelasnya di lantai atas. Ternyata dia anak kelas 1.
Shiro kembali ke kelas, dia tidak jadi lapar, entah..
“Jadi ??”
“Apaan ??” Shiro menatap Ai heran.
“Siapa yang menabrakmu pertama kali ?”
“Aku tidak tahu, sepertinya anak kelas 1.” Jawab Shiro santai.
Hening..
“HAH ?? ANAK KELAS 1 ?? KAU AKAN PACARAN DENGAN ANAK KELAS 1 ? HAH ??!!!” Tiba-tiba Ai histeris sendiri.
“Urusai ! (Shut up!) ramalan anehmu itu tidak akan terbukti..”
“Yah, setidaknya kau menabrak seseorang kan.” Kata Ai sambil tersenyum kecil.
“Bagaimana, sudah berikan puisi itu kepada bidadarimu ? Hahahah..” kata Kuro ketika Shiro pulang sekolah.
“Hah, kakak sudah pulang ?” Shiro agak heran, karena biasanya kakaknya itu pulang agak malam.
“Tidak ada acara apa-apa di sekolah.”
“Kau baru kelas 1 SMA, tapi sudah disibukkan dengan berbagai kegiatan. Apa tidak apa-apa seperti itu ?”
“Yahh, aku tidak bisa melakukan kegiatan OSIS ini ketika kelas 3 nanti.”
“Apa sih enaknya jadi OSIS ? Dulu temanku bilang, OSIS itu cuma pembantu di sekolah.” Tanya Shiro sambil melepas sepatunya.
Kuro diam sebentar, lalu tersenyum kecil.
“Kau akan tahu suatu hari nanti.” Kata Kuro, lalu menghilang entah kemana.
Walau cuma selisih 1 tahun, sepertinya Shiro belajar cukup banyak dari Kuro. Kakaknya itu bijaksana, kelihatan selalu stay cool and calm, itulah yang membuat Shiro kagum padanya. Meski faktanya, mereka berdua sama-sama agak brainless pada waktu-waktu tertentu.
Hari Kamis, hari yang paling dibenci Shiro. Pelajaran yang paling ia benci semuanya berkumpul hari itu. Geografi, Sejarah, dan Fisika. Pada waktu jam pertama, ekonomi, Shiro ijin ke kamar mandi.
“Keita-sensei, boleh saya ke kamar mandi ?”
“Hai, douzo (Sure, go ahead).”
Shiro keluar kelas, tapi tidak berjalan menuju ke kamar mandi. Shiro pergi ke perpustakaan, tempat yang cukup nyaman baginya untuk tidur. Selama ini, ada satu ruang di perpustakaan yang tidak pernah dikunjungi oleh Shiro, yaitu ruang dimana buku-buku akademik tingkat tinggi dikumpulkan. Tapi entah, hari itu Shiro pergi ke sana. Di ruang itu, Shiro melihat seorang anak perempuan duduk di lantai tanpa alas kaki. Disekitarnya, banyak buku yang berserakan.
“Hee, ternyata ada murid disini..” pikir Shiro.
Anak itu serius membaca buku yang dipegangnya. Mata birunya yang indah bergerak seirama seolah menikmati setiap kata di buku yang dibacanya. Shiro membaca badge nama anak itu.
“Fumiko Ishida.. Anak jenius dari kelas 3E itu ? Pantas, tidak heran dia ada disini..” pikir Shiro.
“Ishida-san..” Shiro coba memanggil, tapi anak itu tidak menengok.
“Ishida-saaan..” anak itu tetap tidak bergeming.
“Fumiko-chan..” panggil Shiro lagi.
“Araa , Shiro-kun. Ohayou !” kata Fumiko sambil tersenyum, manis.
“O.. Ohayou..”
Shiro merasa aneh. Dia familiar dengan senyum dan suara itu. Tapi dia lupa, dimana dia pernah mendengarnya ?
“Wanna some breakfast ?” Fumiko menawarkan sekotak makanan kepada Shiro.
“Um.. That’s yours. I already eats some breakfast this morning.” Kata Shiro, sok pakai bahasa inggris juga.
“Ah,well..” Fumiko menaruh kotak makanannya, dan kembali membaca buku.
“Ishida-san, kau selalu ada disini setiap hari ?” tanya Shiro.
Fumiko tidak menjawab..
“Fumiko-chaan..” Panggil Shiro lagi.
“Ah.. Ohayou, Shiro-kun !” Fumiko mengucapkan selamat pagi (lagi?) kepada Shiro.
*krik*
What the hell is wrong with this girl ? pikir Shiro bingung.
* To be continued. Chapter 4, coming soon. Stay Tune ! ^^ *
“Ah.. Gomenne, senpai ! Gomenne, senpai !” Gadis itu meminta maaf berkali-kali kepada Shiro.
Shiro tidak menjawab, tapi malah mengumpulkan buku-buku yang jatuh tadi, dan memberikannya kepada gadis itu.
“Nih..” Shiro mengembalikan tumpukan buku itu.
“Um.. Arigato gozaimasu..” Gadis itu menghentikan kalimatnya.
“Shiro Naichi, 3B.”
“Arigato gozaimasu, Naichi-senpai !” kata gadis itu lagi, lalu berjalan menuju kelasnya di lantai atas. Ternyata dia anak kelas 1.
Shiro kembali ke kelas, dia tidak jadi lapar, entah..
“Jadi ??”
“Apaan ??” Shiro menatap Ai heran.
“Siapa yang menabrakmu pertama kali ?”
“Aku tidak tahu, sepertinya anak kelas 1.” Jawab Shiro santai.
Hening..
“HAH ?? ANAK KELAS 1 ?? KAU AKAN PACARAN DENGAN ANAK KELAS 1 ? HAH ??!!!” Tiba-tiba Ai histeris sendiri.
“Urusai ! (Shut up!) ramalan anehmu itu tidak akan terbukti..”
“Yah, setidaknya kau menabrak seseorang kan.” Kata Ai sambil tersenyum kecil.
“Bagaimana, sudah berikan puisi itu kepada bidadarimu ? Hahahah..” kata Kuro ketika Shiro pulang sekolah.
“Hah, kakak sudah pulang ?” Shiro agak heran, karena biasanya kakaknya itu pulang agak malam.
“Tidak ada acara apa-apa di sekolah.”
“Kau baru kelas 1 SMA, tapi sudah disibukkan dengan berbagai kegiatan. Apa tidak apa-apa seperti itu ?”
“Yahh, aku tidak bisa melakukan kegiatan OSIS ini ketika kelas 3 nanti.”
“Apa sih enaknya jadi OSIS ? Dulu temanku bilang, OSIS itu cuma pembantu di sekolah.” Tanya Shiro sambil melepas sepatunya.
Kuro diam sebentar, lalu tersenyum kecil.
“Kau akan tahu suatu hari nanti.” Kata Kuro, lalu menghilang entah kemana.
Walau cuma selisih 1 tahun, sepertinya Shiro belajar cukup banyak dari Kuro. Kakaknya itu bijaksana, kelihatan selalu stay cool and calm, itulah yang membuat Shiro kagum padanya. Meski faktanya, mereka berdua sama-sama agak brainless pada waktu-waktu tertentu.
Hari Kamis, hari yang paling dibenci Shiro. Pelajaran yang paling ia benci semuanya berkumpul hari itu. Geografi, Sejarah, dan Fisika. Pada waktu jam pertama, ekonomi, Shiro ijin ke kamar mandi.
“Keita-sensei, boleh saya ke kamar mandi ?”
“Hai, douzo (Sure, go ahead).”
Shiro keluar kelas, tapi tidak berjalan menuju ke kamar mandi. Shiro pergi ke perpustakaan, tempat yang cukup nyaman baginya untuk tidur. Selama ini, ada satu ruang di perpustakaan yang tidak pernah dikunjungi oleh Shiro, yaitu ruang dimana buku-buku akademik tingkat tinggi dikumpulkan. Tapi entah, hari itu Shiro pergi ke sana. Di ruang itu, Shiro melihat seorang anak perempuan duduk di lantai tanpa alas kaki. Disekitarnya, banyak buku yang berserakan.
“Hee, ternyata ada murid disini..” pikir Shiro.
Anak itu serius membaca buku yang dipegangnya. Mata birunya yang indah bergerak seirama seolah menikmati setiap kata di buku yang dibacanya. Shiro membaca badge nama anak itu.
“Fumiko Ishida.. Anak jenius dari kelas 3E itu ? Pantas, tidak heran dia ada disini..” pikir Shiro.
“Ishida-san..” Shiro coba memanggil, tapi anak itu tidak menengok.
“Ishida-saaan..” anak itu tetap tidak bergeming.
“Fumiko-chan..” panggil Shiro lagi.
“Araa , Shiro-kun. Ohayou !” kata Fumiko sambil tersenyum, manis.
“O.. Ohayou..”
Shiro merasa aneh. Dia familiar dengan senyum dan suara itu. Tapi dia lupa, dimana dia pernah mendengarnya ?
“Wanna some breakfast ?” Fumiko menawarkan sekotak makanan kepada Shiro.
“Um.. That’s yours. I already eats some breakfast this morning.” Kata Shiro, sok pakai bahasa inggris juga.
“Ah,well..” Fumiko menaruh kotak makanannya, dan kembali membaca buku.
“Ishida-san, kau selalu ada disini setiap hari ?” tanya Shiro.
Fumiko tidak menjawab..
“Fumiko-chaan..” Panggil Shiro lagi.
“Ah.. Ohayou, Shiro-kun !” Fumiko mengucapkan selamat pagi (lagi?) kepada Shiro.
*krik*
What the hell is wrong with this girl ? pikir Shiro bingung.
* To be continued. Chapter 4, coming soon. Stay Tune ! ^^ *
Once Again After Crying - 2 :)
Author : Kholifian Dzaki R_www.facebook.com/editprofile.php#!/hfz.findmayoga19
NB: Mulai chapter ini, digunakan sedikit bahasa inggris, bahasa dan logat jepang (ditulis dalam alfabet). Kalo ada yang kurang jelas, bisa tanya deh. ^^
----------------------------------------
“Shiro-kun, kau tahu anak perempuan kelas 2 yang baru itu ?” tanya Gin Takuya, teman sekelas Shiro ketika pulang sekolah.
“Um.. Shizuna Chitose ?”
“Ya, yang itu ! Aku dengar dia cukup pintar beladiri.”
“Oh..” Shiro tidak tertarik.
“Kemarin dia menghajar Mark, anak kelas sebelah yang sering menganggu adik kelas..” lanjut Gin.
Shiro diam, agak lama mencerna kata-kata Gin.
“WHOA ! Kau tidak salah dengar ?! Mark kan..” Tiba-tiba Shiro kaget, ekspresinya berubah cepat sekali.
“Karena itu aku mau buktikan kebenarannya, mungkin dia cuma merayu Mark biar mau mengalah dengannya, jadi Shizuna bisa cepat populer di sekolah..”
“What the hell..?”
“Reaksimu aneh, sepertinya kau nggak dukung aku sama sekali..” Gin cemberut.
“Emangnya kau mau ngapain ?”
“Duel ! Aku yakin bisa mengalahkan Shizuna dengan sekali pukul ! Ahahaha..”
Belum sempat jawab, Gin menyeret Shiro menuju kelas 2C , kelas Shizuna.
“Argh, devil mode-nya Gin aktif lagi..” keluh Shiro.
“Shizuna Chitose !!” Panggil Gin dari luar kelas.
Shizuna keluar kelas. Diluar dugaan Shiro, ternyata Shizuna cukup cantik, dengan rambut panjang warna ungu yang tergerai lurus dihiasi bando warna hitam dengan asesori mawar putih menempel di kepalanya.
“Aku dengar kau menghajar Mark kemarin, iya kan ?” tanya Gin.
“Maaf, Mark yang mana ?” Shizuna cukup sopan, sikap umum bagi adik kelas.
“Mark kelas 3D..”
“Oh, kakak yang itu. Iya.. Apa boleh buat, dia menggangguku..”
“Mau duel satu lawan satu denganku ?” kata Gin straight to the point.
“Maaf, aku tidak mau..” tolak Shizuna.
*krik*
“Aku bilang juga apa, kau terlalu bodoh..” kata Shiro.
“Argh, aku tidak peduli !”
Gin berlari ke arah Shizuna sambil mengepalkan tangannya, bersiap memukul..
BUKKK !!!!
Gin terlempar keluar lewat jendela.
“Apa dia baik-baik saja ?” Tanya Shizuna kepada Shiro.
“Tidak apa, Gin sudah biasa dilempar keluar jendela.” Kata Shiro santai.
Shizuna masuk lagi ke kelasnya.
“Argh ! Aku terpeleset kemarin..” kata Gin esok harinya.
“Terserah..” Shiro menjawab asal-asalan.
Whussss !!! Bukkk !!! Tiba-tiba sebuah buku kamus terbang dan mendarat sukses di muka Gin. Anak itu terlempar keluar (lagi).
“Loh, mana Gin tadi ?” tanya Ai Haibara, sang ketua kelas dengan tampang innocent.
“Dia ‘terbang’, bersama kamus yang tadi kau lempar..”
“Oh, well. Biarlah. Bilang ke Gin jangan sembarangan berkelahi dengan anak kelas 2, apalagi anak baru. Itu mencemarkan nama kelas kita..”
Shiro tidak menjawab, cuma mengacungkan jempolnya. Tatapannya terfokus ke satu arah, langit biru..
“Kau sedang bingung ?” Ai menatap Shiro.
“Eh ? Tidak..”
“Mau aku ramal ?” Ai mengambil tangan kanan Shiro, dan membaca garis tangannya.
Lembut sekali, dan hangat.. pikir Shiro.
Beberapa saat kemudian, Ai menatap Shiro.
“Masukkan tanganmu ke saku, dan berjalanlah. Kemanapun terserah. Gadis yang menabrakmu pertama kali, mungkin dia adalah cinta sejatimu.” Kata Ai.
Hening..
“Ehhh ??!! Kau bilang mau meramal ? Ini bukan ramalan !” protes Shiro.
“Sudahlah, sana sana !!” Ai mendorong Shiro keluar kelas.
“Hei, ini jam pelajaran !!” kata Shiro menolak.
“Keiko-sensei nggak masuk hari ini, jam pelajaran kosong !” Ai menutup pintu kelas.
“Dasar, Freak !” Shiro mengeluh sambil berjalan, ia akan ke kantin.
Brukk..!!!
Tiba-tiba seorang gadis menubruk Shiro, menjatuhkan buku-buku yang dibawanya.
* To be continued ! Chapter 3, coming soon.. Arigatou~ :3 *
NB: Mulai chapter ini, digunakan sedikit bahasa inggris, bahasa dan logat jepang (ditulis dalam alfabet). Kalo ada yang kurang jelas, bisa tanya deh. ^^
----------------------------------------
“Shiro-kun, kau tahu anak perempuan kelas 2 yang baru itu ?” tanya Gin Takuya, teman sekelas Shiro ketika pulang sekolah.
“Um.. Shizuna Chitose ?”
“Ya, yang itu ! Aku dengar dia cukup pintar beladiri.”
“Oh..” Shiro tidak tertarik.
“Kemarin dia menghajar Mark, anak kelas sebelah yang sering menganggu adik kelas..” lanjut Gin.
Shiro diam, agak lama mencerna kata-kata Gin.
“WHOA ! Kau tidak salah dengar ?! Mark kan..” Tiba-tiba Shiro kaget, ekspresinya berubah cepat sekali.
“Karena itu aku mau buktikan kebenarannya, mungkin dia cuma merayu Mark biar mau mengalah dengannya, jadi Shizuna bisa cepat populer di sekolah..”
“What the hell..?”
“Reaksimu aneh, sepertinya kau nggak dukung aku sama sekali..” Gin cemberut.
“Emangnya kau mau ngapain ?”
“Duel ! Aku yakin bisa mengalahkan Shizuna dengan sekali pukul ! Ahahaha..”
Belum sempat jawab, Gin menyeret Shiro menuju kelas 2C , kelas Shizuna.
“Argh, devil mode-nya Gin aktif lagi..” keluh Shiro.
“Shizuna Chitose !!” Panggil Gin dari luar kelas.
Shizuna keluar kelas. Diluar dugaan Shiro, ternyata Shizuna cukup cantik, dengan rambut panjang warna ungu yang tergerai lurus dihiasi bando warna hitam dengan asesori mawar putih menempel di kepalanya.
“Aku dengar kau menghajar Mark kemarin, iya kan ?” tanya Gin.
“Maaf, Mark yang mana ?” Shizuna cukup sopan, sikap umum bagi adik kelas.
“Mark kelas 3D..”
“Oh, kakak yang itu. Iya.. Apa boleh buat, dia menggangguku..”
“Mau duel satu lawan satu denganku ?” kata Gin straight to the point.
“Maaf, aku tidak mau..” tolak Shizuna.
*krik*
“Aku bilang juga apa, kau terlalu bodoh..” kata Shiro.
“Argh, aku tidak peduli !”
Gin berlari ke arah Shizuna sambil mengepalkan tangannya, bersiap memukul..
BUKKK !!!!
Gin terlempar keluar lewat jendela.
“Apa dia baik-baik saja ?” Tanya Shizuna kepada Shiro.
“Tidak apa, Gin sudah biasa dilempar keluar jendela.” Kata Shiro santai.
Shizuna masuk lagi ke kelasnya.
“Argh ! Aku terpeleset kemarin..” kata Gin esok harinya.
“Terserah..” Shiro menjawab asal-asalan.
Whussss !!! Bukkk !!! Tiba-tiba sebuah buku kamus terbang dan mendarat sukses di muka Gin. Anak itu terlempar keluar (lagi).
“Loh, mana Gin tadi ?” tanya Ai Haibara, sang ketua kelas dengan tampang innocent.
“Dia ‘terbang’, bersama kamus yang tadi kau lempar..”
“Oh, well. Biarlah. Bilang ke Gin jangan sembarangan berkelahi dengan anak kelas 2, apalagi anak baru. Itu mencemarkan nama kelas kita..”
Shiro tidak menjawab, cuma mengacungkan jempolnya. Tatapannya terfokus ke satu arah, langit biru..
“Kau sedang bingung ?” Ai menatap Shiro.
“Eh ? Tidak..”
“Mau aku ramal ?” Ai mengambil tangan kanan Shiro, dan membaca garis tangannya.
Lembut sekali, dan hangat.. pikir Shiro.
Beberapa saat kemudian, Ai menatap Shiro.
“Masukkan tanganmu ke saku, dan berjalanlah. Kemanapun terserah. Gadis yang menabrakmu pertama kali, mungkin dia adalah cinta sejatimu.” Kata Ai.
Hening..
“Ehhh ??!! Kau bilang mau meramal ? Ini bukan ramalan !” protes Shiro.
“Sudahlah, sana sana !!” Ai mendorong Shiro keluar kelas.
“Hei, ini jam pelajaran !!” kata Shiro menolak.
“Keiko-sensei nggak masuk hari ini, jam pelajaran kosong !” Ai menutup pintu kelas.
“Dasar, Freak !” Shiro mengeluh sambil berjalan, ia akan ke kantin.
Brukk..!!!
Tiba-tiba seorang gadis menubruk Shiro, menjatuhkan buku-buku yang dibawanya.
* To be continued ! Chapter 3, coming soon.. Arigatou~ :3 *
Once Again After Crying - 1 :)
Author : Kholifian Dzaki R_www.facebook.com/editprofile.php#!/hfz.findmayoga19?sk=wall
Entah sudah berapa kali Shiro melempar gumpalan kertas ke tempat sampahnya.
“Argh, kenapa begitu sulit membuat puisi ?!!” Shiro uring-uringan.
“Kau tidak akan pernah berhasil kalau caramu seperti itu..” kata Kuro yang sedang tiduran.
Kuro Naichi, adalah kakak dari Shiro Naichi, umur mereka hanya selisih satu tahun. Meski nama ‘Kuro’ artinya ‘hitam’, Kuro sangat pandai di bidang sastra (apa hubungannya ?). Berbeda dengan Shiro yang masih awut-awutan. Well, sebenarnya mereka meneruskan bakat keluarga, karena ayah dan ibu mereka dulunya adalah novelis terkenal.
“Lalu bagaimanaa..??”
“Kalo mau buat puisi, tulis saja apa yang ada dalam pikiranmu..”
“Tapi, aku nggak mikirin apa-apa sekarang..”
“Ya tunggu saja sampai ada inspirasi yang datang..” Shiro turun dari tempat tidur dan pergi ke dapur.
“Kenapa kakak begitu pintar di bidang sastra ?” pikir Shiro heran.
Beberapa minggu lalu, Shiro mendapat tugas membuat puisi dari gurunya. Entah bagaimana, tapi Shiro bisa membuat puisi yang sangat bagus dan mendapat pujian. Sejak saat itu, Shiro tertarik dengan dunia sastra dan mulai belajar.
“Aku tidak bisa membuat puisi yang bagus lagi..” Keluh Shiro sambil meletakkan pensilnya.
“Heii.. Jangan begitu.. Bagus atau tidaknya sebuah karya sastra itu relatif..” kata Kuro yang sudah kembali dari dapur.
“Relatif ?”
“Ya itu tadi, tidak semua orang menilai sastra itu bagus, pasti ada yang menganggapnya itu jelek dan sebagainya. Jadi jangan pikirkan apakah itu bagus atau tidak, tulis saja apa yang kamu ingin tulis..”
Shiro berpikir sebentar, mencerna nasihat kakaknya.
“Tapi.. Aku pikir semua orang menilai cerpen dan puisi kakak bagus..”
“Tidak semua kok..”
“Ada yang bilang itu jelek ? Siapa ?”
“Well, aku tidak tahu. Tapi pasti ada..”
Perlahan, semangat Shiro kembali lagi. Shiro mulai menulis, kali ini tanpa keraguan..
Menatapku..
Mata yang dingin, tapi indah bagai kristal salju.
Menarik dan mengubah semua imajinasiku..
Pantaskah ?
Aku manusia biasa yang sendiri,
Berharap kepakan sayap dari seorang bidadari..
Tidak, aku tidak pernah mampu..
Biarkan semua mimpi ini,
Menguap bersama kehampaan abadi..
“Bagaimana ?” Shiro memberikan puisinya ke Kuro. Kuro membacanya sebentar..
“Kau sedang jatuh cinta ?” tanya Kuro, straight to the point.
“Eh ? Emm, tidak juga sih..” muka Shiro langsung merah.
Kuro tersenyum, lalu mengembalikan kertas bertuliskan puisi itu ke Shiro.
“Nice..” kata Kuro, lalu pergi lagi. Kali ini sepertinya keluar rumah.
Esoknya, Shiro pergi ke sekolah. Seperti biasa, dia bertemu Yui di jalan dan berangkat bersama.
Yui Aragaki, murid kelas 3 SMP yang sekolah di tempat yang sama dengan Shiro. Karena rumah mereka searah, jadi Yui sering ketemu Shiro di jalan. Seiring waktu berlalu (ceilah) mereka terbiasa berangkat bersama.
Hari itu Yui terlihat agak murung, tidak seperti biasanya.
“Kenapa kau ?” tanya Shiro.
“Eh, tidak apa-apa kok..” Yui berusaha tersenyum.
“Jangan bohong didepanku. Aku sudah hack pikiranmu, jadi aku tahu kamu sedang sedih..”
“Haha, dasar.. Kenapa kau tahu setiap aku sedang bohong ?”
“Apa aku harus bilang lagi ?”
“Oke oke, hack my mind or whatever.. Tapi aku tahu itu cuma firasatmu, iya kan ?”
“Bisa dibilang begitu.. Tapi firasatku ini 99% benar untuk menebak moodmu..”
“Ah, lupakan.. Aku tidak sedih lagi sekarang..”
Shiro tidak menjawab. Mereka melanjutkan perjalanan ke sekolah. Masih cukup pagi, jadi tidak perlu terburu-buru.
* To be continued. Chapter 2, coming soon.. ^_^ *
Entah sudah berapa kali Shiro melempar gumpalan kertas ke tempat sampahnya.
“Argh, kenapa begitu sulit membuat puisi ?!!” Shiro uring-uringan.
“Kau tidak akan pernah berhasil kalau caramu seperti itu..” kata Kuro yang sedang tiduran.
Kuro Naichi, adalah kakak dari Shiro Naichi, umur mereka hanya selisih satu tahun. Meski nama ‘Kuro’ artinya ‘hitam’, Kuro sangat pandai di bidang sastra (apa hubungannya ?). Berbeda dengan Shiro yang masih awut-awutan. Well, sebenarnya mereka meneruskan bakat keluarga, karena ayah dan ibu mereka dulunya adalah novelis terkenal.
“Lalu bagaimanaa..??”
“Kalo mau buat puisi, tulis saja apa yang ada dalam pikiranmu..”
“Tapi, aku nggak mikirin apa-apa sekarang..”
“Ya tunggu saja sampai ada inspirasi yang datang..” Shiro turun dari tempat tidur dan pergi ke dapur.
“Kenapa kakak begitu pintar di bidang sastra ?” pikir Shiro heran.
Beberapa minggu lalu, Shiro mendapat tugas membuat puisi dari gurunya. Entah bagaimana, tapi Shiro bisa membuat puisi yang sangat bagus dan mendapat pujian. Sejak saat itu, Shiro tertarik dengan dunia sastra dan mulai belajar.
“Aku tidak bisa membuat puisi yang bagus lagi..” Keluh Shiro sambil meletakkan pensilnya.
“Heii.. Jangan begitu.. Bagus atau tidaknya sebuah karya sastra itu relatif..” kata Kuro yang sudah kembali dari dapur.
“Relatif ?”
“Ya itu tadi, tidak semua orang menilai sastra itu bagus, pasti ada yang menganggapnya itu jelek dan sebagainya. Jadi jangan pikirkan apakah itu bagus atau tidak, tulis saja apa yang kamu ingin tulis..”
Shiro berpikir sebentar, mencerna nasihat kakaknya.
“Tapi.. Aku pikir semua orang menilai cerpen dan puisi kakak bagus..”
“Tidak semua kok..”
“Ada yang bilang itu jelek ? Siapa ?”
“Well, aku tidak tahu. Tapi pasti ada..”
Perlahan, semangat Shiro kembali lagi. Shiro mulai menulis, kali ini tanpa keraguan..
Menatapku..
Mata yang dingin, tapi indah bagai kristal salju.
Menarik dan mengubah semua imajinasiku..
Pantaskah ?
Aku manusia biasa yang sendiri,
Berharap kepakan sayap dari seorang bidadari..
Tidak, aku tidak pernah mampu..
Biarkan semua mimpi ini,
Menguap bersama kehampaan abadi..
“Bagaimana ?” Shiro memberikan puisinya ke Kuro. Kuro membacanya sebentar..
“Kau sedang jatuh cinta ?” tanya Kuro, straight to the point.
“Eh ? Emm, tidak juga sih..” muka Shiro langsung merah.
Kuro tersenyum, lalu mengembalikan kertas bertuliskan puisi itu ke Shiro.
“Nice..” kata Kuro, lalu pergi lagi. Kali ini sepertinya keluar rumah.
Esoknya, Shiro pergi ke sekolah. Seperti biasa, dia bertemu Yui di jalan dan berangkat bersama.
Yui Aragaki, murid kelas 3 SMP yang sekolah di tempat yang sama dengan Shiro. Karena rumah mereka searah, jadi Yui sering ketemu Shiro di jalan. Seiring waktu berlalu (ceilah) mereka terbiasa berangkat bersama.
Hari itu Yui terlihat agak murung, tidak seperti biasanya.
“Kenapa kau ?” tanya Shiro.
“Eh, tidak apa-apa kok..” Yui berusaha tersenyum.
“Jangan bohong didepanku. Aku sudah hack pikiranmu, jadi aku tahu kamu sedang sedih..”
“Haha, dasar.. Kenapa kau tahu setiap aku sedang bohong ?”
“Apa aku harus bilang lagi ?”
“Oke oke, hack my mind or whatever.. Tapi aku tahu itu cuma firasatmu, iya kan ?”
“Bisa dibilang begitu.. Tapi firasatku ini 99% benar untuk menebak moodmu..”
“Ah, lupakan.. Aku tidak sedih lagi sekarang..”
Shiro tidak menjawab. Mereka melanjutkan perjalanan ke sekolah. Masih cukup pagi, jadi tidak perlu terburu-buru.
* To be continued. Chapter 2, coming soon.. ^_^ *
Cagar Budaya di Atas Bukit 3
- Gapura
Gapura situs Ratu Boko terdiri dari dua buah bangunan berbentuk paduraksa dengan puncak bangunan (atap) berbentuk ratna dan berfungsi sebagai gerbang masuk utama.
Gapura 1 terbuat dari batu Andesit namun, lantai, tangga, dan pagar terbuat dari batu putih. Gapura 1, berukuran 12, 15 m, lebar 6,90 m, tinggi 5,05 m, dan mempunyai 3 pintu masuk.
Gapura 2 berukuran panjang 18, 60 m, lebar 9 m, tinggi 4, 50 m, dan mempunyai 5 pintu masuk.
Subscribe to:
Posts (Atom)